Waringin Kencana, Legenda Klub Basket Indonesia
Di Jakarta, orang pasti masih ingat klub Waringin Kencana. Dalam kurun 1970 dan 1980-an, klub ini bahkan sempat disebut the dream team. Atau setidaknya, predikat itu pantas mereka sandang lewat kiprah mereka yang selama 10 tahun nyaris tak punya lawan sepadan di Indonesia. Meski sudah almarhum, namun namanya tetap harum.
Di klub itu, lahir dan besar bintang-bintan yang pantas disebut pemain legendaries Indonesia seperti Henry Pribadi, Sonny Hendrawan, Gatot Sugiarto. Belakangan, hadir pula pemain-pemain sekaliber Ali Susanto, Fery Chandra (Medan), Indarto dan Anton Sugiarto (Surabaya).
Selama kiprahnya di percaturan bola basket nasional, kebesaran Waringin kemudian menjadi acuan tim-tim lain. Buktinya, mereka acap kali jadi rebutan klub-klub daerah untuk beruji coba.
Mereka, antara lain, ingin menjajal kehebatan Sonny Hendrawan, Pemain Terbaik Asia 1967. Pebasket yang sebelumnya bernama Liem Sien Siong ini juga top skorer Kejuaraan Asia IV yang berlangsung di Seoul, Korea itu. Saat itu, di bawah ring, center Ali Susanto dan Gatot Sugiarto siap memblok tembakan lawan. Ferry Chandra, Indarto, dan Henri Pribadi bertindak sebagai pencetak angka lewat penetrasi-penetrasi mematikan ke daerah pertahanan lawan.
Kebesaran Waringin juga terlihat ketika pada 1974 PB Perbasi mengundang empat klub terbesar Indonesia. Di sana, superioritas Waringin tak terbendung tiga lawannya: Chun Lie Surabaya, Garuda Semarang, dan Samudra Bandung.
Tahun berikutnya, Waringin kembali memancarkan sinarnya. Sonny Hendrawan dan kawan-kawan mendominasi permainan. Mereka memuncaki Kejuaraan Bolabasket antarklub se-Indonesia. Sahabat Semarang dan Cahaya Lestari Surabaya harus puas di tempat kedua dan ketiga. Kemudian diikuti Putra Riau Pekan Baru dan Analisa Medan.
Dominasi Waringin kembali bersemi di Invitasi Nasional Bolabasket Antarklub 1978. Chakra Sakti Medan, Cahaya Lestari Surabaya, Mars Bandung, dan KYH Semarang belum ammpu menumbangkan kepiawaian anak-anak Waringin.
Lantaran atak punya lawan sepadan itulah, Waringin kemudian acap mengadakan tur ke berbagai Negara. Dalam setahun, tercatat 2-3 kali mereka beruji coba dengan tim-tim kuat Asia. Tim nasional Filipina, Australia, Singapura, CIna Taipei, Malaysia, bahkan Cina dibuat kewalahan oleh Sonny Hendrawan dan kawan-kawan. Sontak, bintang-bintang Waringin memancar di blantika basket Asia.
Apa sebenarnya rahasia sukses mereka?
Menurut Anton Sugiarto salah satu pilar Waringin, semangat dan motivasi adalah kuncu utamanya. Semua pemain dibekali dua kunci tersebut. Tentu, selain kemampuan teknik individu seperti shotting, dribbling, dan passing. Bagi mereka, tiada hari tanpa berlatih. Pagi, siang dan malam dihabiskan di lapangan basket. Mereka juga dibekali latihan fisik yang mumpuni. Karena itu, dasar-dasar atletik seperti sprint sudah menjadi sarapan pagi pemain. Selain itu, kala itu sekolah-sekolah Cina di Indonesia seperti Shing Chung, Tionghwee, Fe Leon, Ti Yu Hui, juga menjadikan bola basket sebagai olahraga prioritas. Sekolah-sekolah itu juga memiliki fasilitas lapangan bola basket. Tak ayal, sejak usia dini mereka sudah dicekoki bola basket.
Menurt Anton, Waringin terbentuk sekitar 1969. Persisnya pasca Indonesia tampil di Pra Olimpiade Meksiko 1968. Kal itu, Indonesia menempati posisi keempat setelah Uruguay, Polandia, dan Spanyol.
Sekembali dari Meksiko, Henry Pribadi, Sigiarto Kosasih, Gatot Sugiarto, dan Joni Prananto memploklamirkan kelahiran Waringin Kencana. Nama tersebut diambil dari perusahaan karet di Jambi dan Palembang milik Joni Prananto.
Dalam perjalanannya, mereka merekrut pemain-pemain yang sudah jadi seperti Ali Susanto dan Fery Chandra (Medan), Indarto dan Anton Sugiarto (Surabaya). Top skorer Asia 1967 Sonny Hendrawan, asal Semarang pemain terakhir yang mengorbit.
Saking banyaknya bintang, joni Prananto salah satu pendiri Waringin memilih jadi pelatih.
Kompensasi yang dibayar Waringin cukup mahal. Mereka tak sekedar mencomot pemain terbaik, tapi juga memberikan fasilitas pekerjaan bagi pemain yang dipinangnya di perusahaan Waringin Kencana. Semua kebutuhan klub disuntik dari perusahaan tersebut.
Tapi, karena manajemennya digarap bersama-sama. Konflik internal pun kemudian muncul. Tambahan, para pemain sudah sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Maka, pada 1980 Waringin akhirnya membubarkan diri. Meski begitu, sinar Waringin tak pernah redup hingga kini. Harumnya nama Henry Pribadi, Sonny Hendrawan, Gatot Sugiarto dan lainnya tetap mewangi di seantero bola basket nasional. Buktinya, pada 1996 mereka kembali bergabung dengan bendera baru: Garuda Emas. Mereka tampil di berbagai turnamen veteran dunia. (
MR