1) Flex offense merupakan salah satu pola yang bersifat continuity offense. Pola ini menggunakan back screen, down screen, dan flex cut untuk menciptakan kesempatan mencetak angka.
Flex offense yang digambarkan di artikel ini merupakan bentuk flex offense yang paling dasar. Untuk menjalankan pola ini, para pemain harus memperhatikan jarak antar pemain dan timing saat melakukan pass. Selain itu, mereka juga harus menguasai dengan benar cara melakukan screen dengan benar.
Gambar pertama menunjukkan set posisi flex offense dan pergerakan dimulai setelah salah satu guard melakukan pass ke guard lainnya (O1 ke O2 atau sebaliknya).
Ketika terjadi pass antar guard, pemain yang berada di corner jauh dari bola (dalam hal ini O3) melakukan flex cut setelah menerima back screen dari pemain yang ada di short corner (O5). Timing yang tepat untuk melakukan flex cut adalah saat bola meninggalkan tangan O1.
|
2) Opsi 1:
O2 dapat melakukan pass ke O3 untuk mendapatkan kesempatan shooting dari jarak yang dekat. Jika tidak memungkinkan untuk melakukan pass, O3 segera keluar dari area three-second menuju ke short corner.
|
3) Kemudian O1 melakukan down screen untuk O5.
| | |
4) Opsi 2:
Dengan memanfaatkan down screen, pemain O5 cut ke elbow dan bersiap menerima pass dari O2 dan diteruskan dengan jump shot. Setelah melakukan screen, O1 bergerak keluar menuju corner (setelah melakukan down screen setiap pemain yang bergerak ke corner).
|
5) Jika pass ke O5 tidak memungkinkan, maka O5 keluar menempati posisi guard untuk menerima pass dari O2.
Perhatikan, Gambar 5 merupakan kebalikan dari Gambar 1, hal ini menunjukkan bahwa pola ini dapat diulang-ulang dari dua sisi lapangan.
Ingat, kesabaran adalah kunci utama menjalankan continuity offense.
Untuk tim dengan pemain muda, strategi ini bisa digunakan dalam latihan sehari-hari untuk meningkatkan kemampuan melakukan screen dengan benar, pass, dan yang paling penting, pergerakan tanpa bola.
|
Di saat ingin menyiapkan sistem defense pada suatu tim, pelatih harus selalu mempertimbangkan tentang penggunaan satu atau lebih zone defense. Pelatih harus menemukan zone defense yang ingin diajarkan, sesuai dengan kemampuan teknik dan fisik dari para pemain.
Meskipun sebaiknya zone defense tidak dijadikan strategi defense utama, tetapi zone defense masih dapat digunakan sebagai senjata dalam sebuah pertandingan. Kadang-kadang, dalam sebuah pertandingan, pelatih dapat menggunakan zone defense dalam situasi tertentu, misalnya saat throw in atau setelah melakukan free throw, selain itu zone defense dapat diterapkan ketika man-to-man defense yang diterapkan tidak berjalan efektif.
Pelatih dapat menggunakan zone defense ketika:
- Ingin mengubah ritme pertandingan.
- Ketika perbandingan kemampuan teknik dan fisik yang terlalu mencolok antar pemain kita dan pemain lawan, sehingga sering terjadi mismatch.
- Ketika tim kita sulit membendung serangan lawan dari low post maupun high post.
- Ketika tim kita tidak bisa mencegah permainan pick and roll yang diterapkan oleh lawan.
Jadi memilih momen yang tepat dalam menerapkan zone defense merupakan hal yang sangat penting. Jika dipikir bahwa zone defense yang diterapkan dapat merepotkan lawan, maka sebaiknya zone defense tersebut tidak diubah, meskipun lawan mampu mencetak angka, berikan waktu kepada pemain untuk memahami pergerakan lawan terlebih dahulu sehingga pemain kita dapat melakukan antisipasi secara tepat.
1) Offense ini bisa digunakan untuk melawan zone defense 2-3 atau 3-2.
Formasi awalnya adalah 3-out, 2-in. Point guard mempunyai dua opsi pass, yaitu ke salah satu pemain yang ada di area wing, shooting guard atau small forward.
|
2) Ketika bola berada di wing, pemain post yang berada weak side melakukan flash cut (gerakan dari diam kemudian sprint ke suatu area) menuju area elbow di strong side.
Sedangkan pemain post yang ada di strong side bergerak sedikit keluar ke area short corner, tujuannya adalah untuk membuka pertahanan lawan.
|
3) Opsi 1: Pemain di wing melakukan pass ke elbow.
Upayakan setelah menerima pass, pemain yang berada di elbow melakukan reverse pivot sehingga menghadap ke ring basket untuk memperoleh visi yang lebih luas.
|
4) Setiap kali bola berada di elbow, maka pemain yang berada short corner dan wing di sisi weak side masuk ke dalam menempati area low post.
Sebisa mungkin kedua pemain tersebut berada di antara ring basket dan pemain bertahan yang berada di low post.
|
5) Dalam situasi ini, pemain elbow mempunyai tiga opsi, yaitu:
Shoot.
Pass ke salah satu pemain yang berada di low post.
Outlet pass ke luar kembali ke pemain yang berada di wing.
|
6) Jika pemain memilih opsi terakhir, maka pemain yang sebelumnya berada di low post kembali ke posisi semula.
|
7) Opsi 2: Pemain di wing melakukan pass ke short corner.
Seperti halnya Opsi 1, upayakan setelah menerima pass, pemain yang berada di short corner melakukan reverse pivot.
|
8) Setiap kali bola berada di short corner, pemain yang berada di elbow melakukan flash cut mengarah ke ring basket.
|
9) Pemain di short corner mempunyai opsi untuk melakukan pass ke pemain elbow yang telah melakukan flash cut, tentu saja jika memungkinkan, untuk diteruskan dengan gerakan power lay-up.
Jika mempunyai pemain post yang lebih dominan daripada pemain lawan, maka hal ini bisa sangat menguntungkan.
|
10) Jika pemain short corner memutuskan untuk tidak melakukan pass ke pemain elbow yang telah melakukan flash cut, maka pemain elbow tersebut terus berlari menuju area low post di sisi weak side.
Selanjutnya, pemain wing melakukan flash cut ke area elbow di sisi strong side.
|
11) Pemain short corner mempunyai dua opsi, yaitu:
Pass ke pemain wing yang melakukan flash cut untuk diteruskan dengan shoot atau power lay-up.
Outlet pass ke luar kembali ke pemain yang berada di wing.
|
12) Jika pemain short corner memutuskan untuk melakukan outlet pass, maka pemain low post di sisi weak side bersiap melakukan screen.
|
13) Pemain wing kemudian berlari menggunakan screen untuk kembali ke area wing dan bersiap menerima ball reversal.
Ball reversal dilakukan dengan cepat dari pemain wing ke point guard.
|
14) Kemudian pemain point guard meneruskan bola ke pemain yang telah memperoleh screen.
|
15) Dalam kondisi ini (jika screen yang dilakukan berhasil menahan lawan) maka akan tercipta kesempatan untuk melakukan shoot.
|
16) Jika pemain lawan berhasil menghindari screen dan berusaha menghalangi pemain wing untuk melakukan shoot, maka pemain low post segera melakukan post up, dan bersiap menerima pass dari pemain wing.
|
17) Jika semuanya tidak mungkin dilakukan maka pemain low post segera bergerak ke short corner untuk menghindari pelanggaran three second. Sedangkan pemain wing men-dribble bola keluar untuk mempertahankan spacing yang baik.
Pemain low post yang berada di sisi weak side kemudian melakukan flash cut ke area elbow di sisi strong side.
|
18) Posisi ini sama dengan Gambar 3, hanya saja berada pada sisi lapangan yang berbeda. Oleh karena itu, offense ini bisa disebut juga sebagai continuity offense.
Hal ini berarti rangkain offense ini bisa diulangi, setidaknya sekali lagi. Hanya saja perlu memperhitungkan sisa shot clock.
Strategi ini sangat menguntungkan jika dalam suatu tim tidak mempunyai shooter jarak jauh, tetapi mempunyai pemain-pemain dengan kemampuan inside scoring yang bagus.
Pengambilan keputusan oleh kedua pemain post sangat mempengaruhi keberhasilan strategi ini, selain itu timing pass maupun gerakan yang dilakukan juga sangat berperan penting.
Jika dilakukan terlalu lambat, maka lawan dapat menyusun kembali defense, tetapi jika dilakukan terlalu cepat maka bisa sangat melelahkan para pemain dan hasil yang diinginkan menjadi sulit tercapai.
|
1) Motion offense ini dapat bekerja dengan baik melawan defense man-to-man.
Untuk memainkannya, setidaknya harus ada empat pemain yang mempunyai kemampuan penguasaan bola.
Motion offense ini dapat dimulai dari kedua sisi lapangan.
Dua pemain yang berada di ujung area key adalah guard, sedangkan dua pemain lainnya yang berada di area wing adalah forward, dan pemain di area high-post adalah center.
Aturan 1:Setiap pass dari guard ke guard yang lainnya diikuti dengan screen away (screen menjauhi arah pass) untuk pemain forward.
Pemain forward harus terlebih dahulu melakukan sebuah jab step mengarah ke ring basket supaya screen yang dilakukan lebih efektif.
Dengan penerapan Aturan 1 maka akan terjadi pergantian posisi antara guard dan forward di salah satu sisi lapangan.
|
2) Disamping adalah penerapan Aturan 1 untuk arah passing yang berlawanan.
Pemain center harus selalu berada di antara bola dan pemain yang menjaganya.
|
3) Aturan 2:Setiap terjadi pass dari guard ke forward, maka guard akan melakukan screen away untuk pemain guard lainnya. Pemain guard yang mendapatkan screen melakukan cut ke dalam dan bersiap menerima bola dari pemain forward untuk diteruskan dengan power lay-up.
Pastikan guard tersebut sebelumnya mendapatkan dua kali screen dengan benar, yaitu dari pemain guard, yang sebelumnya melakukan pass, dan dari center.
|
4) Guard yang telah melakukan screen secepatnya kembali ke posisi semula untuk memberikan opsi pass oleh pemain forward.
Jika guard yang melakukan cut tidak mendapatkan bola, maka harus terus berlari ke arah wing, sedangkan pemain forward yang sebelumnya berada di area wing bergerak ke ujung area key, rangkaian gerakan rotasi ini disebut dengan wheel.
Sama seperti penerapan Aturan 1, gerakan-gerakan ini menyebabkan pergantian posisi guard dan forward di salah satu sisi lapangan.
|
5) Setelah terjadi wheel, pemain center melakukan cut ke low-post dan coba melakukan post-upuntuk bersiap menerima pass dari pemain forward.
|
6) Ketika bola dikembalikan dari forward ke guard, maka center kembali ke posisi semula dan dan motion offense dapat diulangi.
|
7) Aturan 3:Setiap pass dari guard ke high post selalu diikuti dengan gerakan split the post atau nama lainnya adalah scissor cut.
|
8) Pemain guard yang tidak melakukan pass pertama kali cut dan pemain forward di sisi lapangan yang sama menggantikan posisinya.
|
9) Kemudian guard yang melakukan pass menyusul cut dan pemain forward yang berada di sisi lapangan yang sama juga menggantikan posisinya.
|
10) Dengan Aturan 3 didapatkan tiga opsi serangan, yaitu:
Hand-off dengan pemain guard pertama.
Hand-off dengan pemain guard kedua.
Permaian one-on-one antara pemain center yang pemain yang menjaganya.
Jika dari ketiga opsi tersebut tidak dapat dijalankan maka bola dikembalikan ke luar kemudian motion offense dapat diulangi lagi.
|
11) Perhatikan, setiap aturan hanya akan menyebabkan pergantian posisi guard dan forward di salah satu sisi lapangan.
Strategi offense ini bisa juga disebut sebagai continuity offense karena serangan yang dilakukan bersifat kontinyu dan setiap serangan akan kembali ke posisi semula.
Keuntungan penerapan strategi offense ini adalah ketika dalam suatu tim hanya terdapat sedikit pemain post dan banyak pemain perimeter yang tidak mempunyai kemampuan shoot jarak jauh.
Selain itu offense ini dapat digunakan untuk memperlambat tempo pertandingan, tentu saja akan bermanfaat jika diterapkan pada akhir-akhir pertandingan di mana situasi tim sedang unggul.
Melakukan offense ini dengan sabar terkadang membuat lawan menjadi lengah, sehingga defense yang mereka lakukan menjadi lebih mudah dikalahkan.
Motion offense ini relatif mudah diajarkan meskipun biasanya di awal-awal penerapannya sering memusingkan pemain. Tetapi dengan latihan yang rutin akan membuat para pemain menjadi terbiasa.
Dengan melatih motion offense ini (atau motion offense lainnya) pemain akan belajar melakukan gerakan tanpa bola (moving without the ball) dan spacing.
|
Motion offense dapat dimulai dari berbagai set formasi, seperti yang digambarkan di bawah ini.
Set 3-out, 2-in
Set ini memiliki tiga pemain perimeter dan dua pemain post. Hal ini akan memberikan keseimbangan antara penyerangan dari luar maupun dalam, serta kesempatan melakukan offensive rebound yang lebih baik.
Jika dalam suatu tim terdapat lima pemain yang bisa bermain di semua posisi, maka mereka dapat saling bertukar posisi atau berotasi. Jika hanya terdapat dua pemain post yang bagus, maka rotasi dilakukan antar sesama pemain post, sedangkan tiga pemain perimeter melakukan rotasi di luar area three-point.
Set 4-out, 1-in
Set ini menggunakan empat pemain perimeter dan satu pemain post, sehinnga menjadikan set ini sangat baik diterapkan jika dalam satu tim mempunyai banyak pemain perimeter tetapi hanya memiliki sedikit pemain post.
Set ini bisa menyebabkan situasi satu lawan satu di area post (post-up) yang sangat menguntungkan jika terjadi situasi mismatch. Misalnya, jika ada seorang pemain defensive yang telah melakukan empat kali foul, maka tempatkan satu orang pemain offensive yang dijaganya bermain sebagai pemain post. Kemudian pass bola ke pemain tersebut sehingga tercipta situasi satu lawan satu. Dengan demikian kesempatan mencetak angka lebih besar karena pemain defensive sedang dalam kondisi foul-trouble sehingga defense yang dilakukan akan lebih longgar, atau setidaknya mampu memaksa pemain defensive tersebut melakukan foul yang kelima (foul-out).
Set 5-Out
Ketika dalam suatu tim tidak terdapat pemain post yang tinggi, maka set ini bisa diterapkan. Set ini sangat menguntungkan jika dalam suatu tim terdapat pemain-pemain yang memiliki orientasi bermain sebagai pemain perimeter dan mempunyai kecepatan dan kemampuan yang baik.
Strategi offense dalam permainan bola basket telah berkembang pesat sejak masa permulaan olahraga ini di tahun 1940an dan 1950an. Menciptakan strategi offense membutuhkan waktu dan kreativitas, selain itu, juga perlu mempertimbangkan sifat dan kemampuan pemain yang ada dalam tim. Pelatih yang baik mampu menempatkan dalam posisi di mana seorang pemain dapat ‘sukses’, dalam hal ini sukses bukan berarti hanya mencetak angka. Setiap pemain mempunyai kemampuan yang bersifat unik. Jika kemampuan-kemampuan mereka dimaksimalkan, maka hasilnya adalah mesin offensive yang sangat hebat.
Memilih jenis offenses seharusnya menjadi perhatian utama seorang pelatih. Strategi offense yang diandalkan akan menentukan kesuksesan tim (tentu saja bersamaan dengan strategi defense). Motion offense memberikan fleksibilitas dan dapat menyebabkan tekanan pada tim lawan.
Berikut ini adalah 15 keuntungan yang didapatkan dari motion offense.
Kenapa memilih motion offense?
- Motion offense memberikan ruang bagi daya kreativitas dan imajinasi. Membuat offense menjadi tidak membosankan.
- Motion offense menjadikan intelegensi sebagai sebuah aset penting. Pemain dengan kemampuan high basketball IQ dapat menerapkan motion offense dengan baik.
- Motion offense menggabungkan dan menekankan pada kemampuan-kemampuan fundamental, terutama triple theat.
- Motion offense mampu digunakan untuk mengalahkan lawan jika diterapkan dengan tidak terburu-buru.
- Motion offense memberikan kesempatan melakukan shooting yang lebih terbuka sehingga dapat meningkatkan persentase field goal.
- Motion offense sangat tidak dapat diprediksi karena setiap penguasaan bola bersifat unik.
- Motion offense tidak mungkin bisa diamati oleh tim lawan, hal ini dikarenakan setiap penguasaan bola menyebabkan pergerakan yang berbeda-beda.
- Motion offense bisa membuat lawan kelelahan, sehingga menyebabkan strategi offense lawan menjadi tidak produktif.
- Motion offense bisa membentuk pemain muda menjadi pemain dengan kemampuan yang lengkap, karena strategi ini membutuhkan 3 kemampuan dasar offensive (shoot, pass, ball handle) sehingga perkembangan pemain menjadi lebih menyeluruh.
- Motion offense dapat memberikan kemenangan perang mental di lapangan. Mampu memenangkan perang mental dalam suatu pertandingan adalah karateristik sebuah tim yang bagus.
- Motion offense bersifat unik dan sangat menantang untuk diajarkan, dan akan membuat setiap pelatih terus belajar. Pelatih diharuskan terus mengembangkan dirinya dengan mempelajari konsep dan cara bermain yang baru.
- Motion offense membuat tim mempunyai defense yang lebih baik. Hal ini dikarenakan motion offense adalah strategi yang paling sulit dijaga, sehingga defense tim akan selalu berkembang di setiap latihan.
- Motion offense menciptakan banyak peluang free throw.
- Motion offense seperti bongkahan tanah liat yang bisa dibentuk sesuai dengan kepribadian tim.
- Motion offense juga dapat diterapkan untuk melawan zone defense secara efektif.
Motion offense adalah salah satu kategori skema offensive yang digunakan dalam permainan bola basket. Motion offense menggunakan pergerakan pemain, strategi ini sering kali mengeksploitasi kecepatan tim offense atau untuk menetralisir keuntungan postur tubuh yang dimiliki oleh tim defense.
Motion offense berbeda dengan continuity offense karena dalam motion offense tidak mempunyai pola yang berulang-ulang. Akan tetapi, motion offense bersifat bebas mengalir dan tidak ada batasan, dengan mengikuti beberapa aturan. Berikut ini adalah contoh aturan dasar yang biasa digunakan:
- Pass and screen away: Pemain melakukan pass ke salah satu sisi lapangan kemudian diteruskan dengan melakukan screen kepada pemain yang berada di sisi yang lain. Tujuannya adalah untuk menjaga spacing dan menciptakan kesempatan melakukan shoot atau drive ke dalam.
- Back screen: Pemain yang berada di low post melakukan screen kepada pemain yang berada di area wing sehingga dapat membuat kesempatan melakukan cut ke dalam.
- Flare screen: Pemain perimeter yang sedang tidak menguasai bola melakukan screen (biasanya di area sekitar elbow) kepada pemain lainnya yang juga sedang tidak menguasai bola di area three-point.
Asal mula motion offense
Asal mula motion offense sampai saat ini masih diperdebatkan. Meskipun penghargaan sering kali diberikan kepada Hank Iba, mantan pelatih kepala di tim bola basket Oklahoma State Cowboys. Akan tetapi banyak yang percaya bahwa motion offense sudah dikembangkan lebih dulu oleh pelatih-pelatih Harlem Renaissance, sebuah tim basket yang terdiri dari orang Afro-Amerika pada tahun 1920an dan 1930an. Pada kenyataannya, Harlem Renaissance adalah tim basket pertama yang menjuarai World Championship Professional Basketball Tournament yang diadakan pada tahun 1939, dan pada saat itu mereka menggunakan motion offense.
Motion offense versi Hank Iba
Tim yang dipimpin oleh Hank Iba bersifat metodis (dilakukan sesuai dengan metode), pemain menguasai bola dengan pola weave. Penggunaan motion offense bersamaan dengan defense yang agresif biasa dilakukan oleh Hank Iba ketika dia mengantarkan Oklahoma State Cowboys menjadi juara NCAA pada tahun 1945 dan 1946, menjadikannya sebagai tim NCAA pertama yang berhasil menjadi juara secara berturut-turut. Dia juga terpilih sebagai Coach of the Year di tahun 1945 dan 1946. Tim Oklahoma State Cowboys pada saat itu dipimpin oleh Bob Kurland, pemain NCAA pertama yang memiliki tinggi 7 kaki. Selama 36 tahun masa jabatan Hank Iba sebagai pelatih kepala di Oklahoma State Cowboys (1934–1970), strategi motion offense yang dia terapkan juga memberikan 655 kemenagan. Dia juga pernah melatih tim nasional basket Amerika ketika memenangkan medali emas di ajang Olimpiade pada tahun 1964 dan 1968, menjadikannya sebagai pelatih pertama dalam sejarah yang berhasil memenangkan dua medali emas di ajang Olimpiade.
Motion offense versi Bob Knight
Pelatih kepala terkemuka lain yang juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan motion offense adalah Bob Knight. Knight telah menggunakan motion offense dan mencapai berbagai kesuksesan selama 40 tahun karirnya sebagai pelatih kepala di United States Military Academy, Indiana University, dan Texas Tech University, mencatat total 902 kemenangan. Motion offense yang dia terapkan menekankan pada pemain post yang melakukan screen dan pemain perimeter melakukan pass sampai ada pemain yang mempunyai kesempatan terbuka untuk lay-up atau jump shot.
Penggunaan motion offense paling sering ditunjukkan ketika Bob Knight menjabat sebagai pelatih kepala tim basket Indiana Hoosiers (1971-2000). Dia berhasil mencatat 661 kemenangan bersama Indiana Hoosiers, dan berhasil meraih 3 kali juara NCAA. Dia juga pernah 4 kali terpilih sebagai Coach of the Year. Knight juga pernah melatih tim nasional basket Amerika dan meraih medali emas di Olimpiade 1984. Di dalam skuad Olimpiade tersebut terdapat banyak pemain terkenal seperti Chriss Mullin, Patrick Ewing, dan Michael Jordan.
Pada saat ini, motion offense sering digunakan di berbagai tim bola basket sekolah, universitas, dan tim profesional.
Artikel ini membahas 1-2-2 zone press yang merupakan jenis zone press defense yang mudah untuk diajarkan, dan juga aman untuk diterapkan dalam suatu pertandingan karena menempatkan beberapa pemain yang selalu menjaga daerah ‘belakang’ untuk mencegah lay-up lawan. Ada beberapa variasi untuk jenis zone press defense ini. Dalam setiap variasi, X1, X1, dan X3 berkerja sama sebagai kesatuan unit, sedangkan X4 dan X5 bekerja sama sebagai unit ‘belakang’. Sebagaimana jenis zone press defense lainnya, usahakan selalu mencegah bola berada di bagian tengah lapangan, paksa lawan memainkan bola di sepanjang sideline.
“80” merupakan press yang diterapkan mulai 3/4 lapangan dengan trap yang dilakukan di wilayah back-court lawan.
“70” merupakan press dengan tingkat tekanan menengah yang dirancang untuk mengendalikan tempo pertandingan.
“76” terlihat seperti “70” dengan tingkat tekanan menengah, tetapi kemudian menerapkan trap yang agresif ketika bola melewati garis half-court, di corner.
“80”
Gambar 1. X1 mempunyai tanggung jawab untuk memberikan tekanan kepada lawan yang sedang menguasai bola dan mencegah setiap penetrasi yang mengarah ke bagian tengah lapangan. Trap bisa langsung diterapkan, atau menunggu sampai bola mulai di-dribble.
X2 dan X3 bertanggung jawab menjaga wilayah tengah lapangan dan sideline, mencegah penetrasi dan melakukan trap bersama pemain X1. Jika bola berada di sideline kanan, X2 dan X1 melakukan trap, sedangkan X3 mencegah setiap pass yang mengarah ke tengah lapangan. X4 bergerak ke garis half-court dekat dengan bola untuk mencegah setiap pass ke pemain lawan yang berada di sideline. X5 bergerak turun ke tengah dan bertugas sebagai pengaman yang mencegah setiap long pass.
Gambar 1 “80”
|
Gambar 2 Ball Reversal
|
Gambar 3 Ball Reversal
|
Ball Reversal
Gambar 2. Jika bola di-pass kembali ke pemain lawan yang melakukan inbound pass, X1 bertugas mencegah pass kembali ke O2. X3 menunggu di tengah sampai X2 bergerak ke tengah dan kemudian X3 bergerak ke sideline. X3 jangan meninggalkan bagian tengah lapangan sampai X2 menggantikan posisinya, jika tidak hal ini akan akan memberikan kesempatan lawan untuk melakukan penetrasi ke bagian tengah lapangan. Unit ‘belakang’ juga berotasi ke posisi semula.
Gambar 3. Ketika terjadi ball reversal dari satu sideline ke sideline lainnya, X3 bertugas mencegah penetrasi di sideline, X1 secepatnya bergerak untuk melakukan trap dan X2 mencegah setiap pass ke bagian tengah lapangan. X5 bergerak ke garis half-court dekat dengan bola untuk mencegah setiap pass ke pemain lawan yang berada di sideline. X4 bergerak turun ke tengah dan bertugas sebagai pengaman.
Setiap kali terjadi ball reversal, defender harus sedikit bergerak ke belakang untuk memberikan sudut yang baik kepada pemain X1 dalam melakukan trap.
“70”
Variasi relatif lebih aman karena tidak memberikan lawan kesempatan melakukan lay-up dengan mudah, selain itu juga mengurangi terjadinya foul. Tujuannya adalah mengendalikan tempo permainan. Defender lebih ke belakang jika dibandingkan dengan variasi “80” (lihat Gambar 4). Jika dalam tim terdapat pemain point guard yang sangat agresif, biarkan pemain tersebut melakukan full-court press.
Posisi awal X1 adalah sedikit di dalam area three-point, X2 dan X3 berada di antara garis three-point dan half-court. Demikian juga, X4 dan X5 sedikit lebih ke belakang.
Setiap kali menerapkan variasi ini, bisa dilakukan bergantian dengan variasi “76” di bawah ini. Ketika lawan berpikir bahwa defender hanya mengendalikan tempo permainan, trap dapat juga diterapkan.
“76”
Posisi awal variasi ini sama dengan “70” dengan tingkat tekanan menengah. Memperlambat tempo permainan, membuat lawan lengah, kemudian perlahan-lahan mengundang dan mengarahkan lawan melewati garis half-court di sepanjang sideline (lihat Gambar 5). Ketika bola melewati half-court, diterapkan trap yang agresif di corner. Trap dilakukan oleh pemain X1 dengan pemain X2 atau X3 (tergantung keberadaan bola) menggunakan aturan yang sama seperti yang diterapkan pada “80” di mana defender yang berada di sisi yang berlawan dengan bola bertugas mencegah setiap pass ke bagian tengah lapangan. X2 dan X3 harus sedikit berpura-pura dan tidak terlihat seperti akan melakukan trap untuk memancing lawan ke corner.
“Red 76” adalah contoh variasi lainnya. X1 dan X2 (atau X3 tergantung keberadaan bola) akan melakukan trap di corner (Gambar 6). Defender yang berada di sisi yang berlawanan dengan bola bertugas mencegah terjadi ball reversal ke tengah lapangan. Pemain belakang yang berada di sisi yang sama dengan bola, X4, bertugas mencegah setiap pass ke pemain lawan yang berada di sideline, sedangkan pemain belakang lainnya, X5, bertugas mencegah setiap pass yang mengarah ke bagian tengah lapangan. Akan tetapi situasi seperti demikian akan memberikan kesempatan lawan melakukan long pass, oleh karena itu gunakan pilihan ini sebagai taktik kejutan. Jika hal tersebut dilakukan terus menerus, defense ini akan lebih mudah terbaca dan lawan akan berusaha mengalahkannya dengan long pass.
Gambar 4 “70”
|
Gambar 5 “76”
|
Gambar 6 “Red 76”
|
Sekali lagi, selalu usahakan untuk mencegah bola berada di tengah lapangan. Komunikasi antar pemain sangat penting. Terutama antara pemain X2 dan X3, serta antara pemain X4 dan X5. Saat terjadi ball reversal, defender yang berada di bagian tengah lapangan tidak boleh meninggalkan posisi tersebut sampai ada defender lainnya yang menggantikan.
Variasi “76” merupakan yang sangat baik diterapkan karena tidak memberikan terlalu banyak ruang di belakang. Dan kadang-kadang offender akan melakukan pass yang buruk meskipun dijaga dengan “70” dengan tingkat tekanan yang rendah. Hal ini disebabkan karena offender kebingungan membaca jenis defense yang diterapkan.
Zone defense 1-3-1 mempunyai kelebihan dapat memberikan tekanan di area perimeter dan high post, serta memiliki beberapa kesempatan melakukan trap. Kelemahan utamanya adalah ketika diserang dari corner dan low post. Para pelatih mungkin mempunyai solusi yang berbeda-beda tentang pergerakan zone defense 1-3-1, tetapi harus diambil keputusan yang terbaik bagi tim dan pastikan semua pemain memahami bagaimana pergerakan defend mereka. Rebound dapat juga menjadi masalah karena hanya ada satu defender di low post.
Pelajari gambar-gambar di bawah untuk memahami bagaimana pergerakan zone defense ini. Di bawah ini digambarkan dua cara memainkan zone defense 1-3-1. Yang pertama lebih konservatif dengan sedikit melakukan trap. Sedangkan yang kedua lebih agresif, defense sering melakukan trap, membutuhkan pemain yang mempunyai kecepatan dan stamina yang bagus.
Tiga defender di perimeter X1, X2, dan X3 (Gambar 1) harus bisa bergerak cepat. X4 juga harus menjaga daerah yang sangat luas. X5 adalah defender low post dan high post yang kuat. Aturan dasarnya adalah:
X5 bermain man-to-man defense dengan pemain post lawan, melakukan denial (fronting) setiap saat.
Defender wing, X2 dan X3, harus turun ke block di weak side ketika bola berada di wing yang lain.
X4 tetap berada sejajar atau sedikit di bawah block, dan ketika bola berada di salah satu wing, X4 memposisikan diri di antara corner dan ring basket.
Zone defense 1-3-1 konvensional, lebih konservatif
Gambar 1 menunjukkan posisi dasar zone defense 1-3-1. X1 berada di puncak perimeter, X2 dan X3 berada di wing (sejajar dengan garis free throw), X5 man-to-man dengan pemain post lawan, dan X4 berada di area low post. Panah-panah pada Gambar 1 menggambarkan secara umum bagaimana pergerakan defender. X2 dan X3 bergerak vertikal ke atas dan bawah sesuai pergerakan bola, sedangkan X1 dan X4 bergerak menyamping mengikuti posisi bola. X5 hanya mengikuti pemain post lawan dan melakukan denial. Hal-hal tersebut adalah panduan umum, dan para pemain harus selalu mengingat bahwa posisi bola adalah hal yang paling penting, dan mereka harus saling berkomunikasi.
Kebanyakan offense akan melakukan dengan dua guard, set 2-1-2 (Gambar 2). Ketika bola melewati garis half-court, X1 mencoba mengarahkan bola ke salah satu sisi yang sudah ditunggu oleh pemain X2 yang kemudian ganti bertugas melakukan penjagaan. X1 selanjutnya turun ke high post . X4 bergerak ke samping, sedikit di luar area paint. Pemain wing di weak side X3 turun ke block untuk memberikan bantuan di dalam. X5 bertugas melakukan denial pada pemain post lawan.
Jika bola di-pass ke corner (Gambar 3), X4 bertugas menjaganya dan X2 turun sedikit untuk mengantisipasi jika lawan melakukan drive ke dalam, atau bahkan melakukan trap area corner dengan X4. X5 tetap menjaga pemain post lawan dan melakukan denial setiap passing ke dalam. X1 sedikit turun ke elbow, dan sekarang posisi zone defense 1-3-1 seperti terlihat pada Gambar 4.
Gambar 1 Posisi 1-3-1
|
Gambar 2 Offense 2-1-2
|
Gambar 3 Bola di corner
|
Pada Gambar 4, bola di-pass kembali ke wing. X1 sementara bertugas menjaga sampai X2 dapat menggantinya, dan X1 kemudian kembali ke puncak perimeter. X4 mundur kembali tetapi tetap di luar area paint. X5 tetap melakukan denial.
Setiap terjadi ball-reversal (Gambar 5), X1 mengikuti pergerakan bola sampai X3 dapat menggantinya (X1 mungkin dapat mengatisipasi pass ini, dan secepatnya melakukan fast break). X3 berlari secepatnya dan melakukan close-out bola di wing. Pemain wing di weak side, X2, turun ke block untuk membantu penjagaan di dalam. X4 juga secepatnya bergerak ke low post di strong side, tetapi tetap di luar area paint. Posisi zone 1-3-1 sekarang seperti terlihat pada Gambar 6.
Ketika bola di-pass ke corner (Gambar 6), X4 bertugas melakukan close out. X3 juga dapat memberikan trap atau sedikit turun ke bawah. X1 turun ke elbow. X5 tetap melakukan denial. X2 membantu penjagaan di dalam, tetapi tetap punya tanggung jawab menjaga area weak side. Sekarang zone defense 1-3-1 seperti Gambar 7.
Gambar 4 Bola di wing
|
Gambar 5 Ball-reversal
|
Gambar 6 Bola di corner
|
Gambar 7 Trap di corner
|
Gambar 8 Trap di wing
|
Gambar 9 Trap di corner
|
Zone defense 1-3-1 agresif, trap
Aturan dasarnya sama seperti yang telah dibahas di atas. Dua pemain akan melakukan trap dan tiga defender lainnya harus bersiap menjadi “interceptors”, melakukan denial dan steal. Dimulai dari Gambar 8, X1 mengarahkan O1 ke salah satu sisi, misalnya ke sisi X2, kemudian X1 dan X2 melakukan trap di wing. X5 melakukan denial terhadap pemain post lawan. X4 berotasi di antara corner dan ring basket, sedangkan X3 turun ke block.
Jika bola di-pass ke corner (Gambar 9), X4 bertugas menjaganya, sedangkan X2 secepatnya turun ke bawah melakukan trap dengan X4. X1 turun ke elbow, X5 denial pemain post lawan, dan X3 bertanggung jawab menjaga area weak side.
Gambar 10 Dari corner ke wing
|
Gambar 11 Dari wing ke wing
|
Gambar 12 Dari wing ke corner
|
Gambar 10 dan 11 menunjukkan bola di-pass dari corner ke wing, dan terjadi ball-reversal ke wing pada sisi yang berlawan. Rotasi yang terjadi sama persis dengan yang telah dibahas sebelumnya. Pada awalnya, pass dari corner ke wing biasanya tidak dapat langsung di-trap, dan oleh karena itu sebaiknya hanya menahan bola saja. Perbedaannya adalah ketika terjadi ball-reversal ke O3. Di sini, X1 dan X3 dapat melakukan trap terhadap O3 di wing (Gambar11). X4 bergerak secepatnya ke strong side, di luar area paint, X2 turun ke block, dan X5 tetap melakukan denial.
Jika bola di-pass ke corner (Gambar 12), X4 bertugas melakukan close-out dan X3 secepatnya melakukan trap. X1 bergerak ke elbow, X5 selalu melakukan denial. X2 bertanggung jawab menjaga area weak side. Zone defense 1-3-1 sekarang seperti yang terlihat pada Gambar 13.
Kesimpulannya, trap dapat dilakukan di wing dan corner, area yang dilingkari pada Gambar 14. Pemain yang melakukan trap harus menggangu dan memberikan tekanan pada pemegang bola. Tangan defender seharusnya sejajar dengan posisi bola dan jangan melakukan foul. Mereka hanya mencoba memaksa pemain lawan melakukan passing yang tidak akurat, atau terkena pelanggaran 5-second. Kadang-kadang terdapat kesempatan melakukan jump ball, tetapi harus diingat, intersep atau pelanggaran 5-second merupakan hasil yang lebih baik.
Gambar 13 Trap di corner
|
Gambar 14 Area trap
|
Gambar 15 Bola di high post
|
Bola di high post
Terakhir, tidap peduli seberapa bagus defender X5, selalu ada saat di mana bola dapat dikuasai di area high post (Gambar 15). X1 dapat turun ke dalam untuk membantu mengganggu dan memaksa O5 melakukan pass kembali ke luar. Taktik ini dapat dilakukan pada dua gaya zone defense 1-3-1 di atas. Ketika bola berada di high post, X4 harus turun ke tengah dan juga X3 harus mengetahui setiap pergerak tanpa bola yang mengarah ke dalam. Dapat dilihat dari Gambar 15 bahwa ini bukan merupakan situasi defense yang bagus karena pemain offense dapat melakukan pass ke dalam, atau shooter yang bebas tak terjaga di corner atau wing.
Kemungkinan, cara yang lebih baik untuk mengantisipasi masalah ini adalah membuat pemain X1 bergerak ke arah pemain O1 (bukan turun ke high post), dan X2 turun secepatnya ke arah O2. X4 bertugas melakukan denial setiap pass yang mengarah ke area paint, dan X3 dapat sedikit mencegah O5 melakukan dribble ke kiri sambil mengawasi pemain O3, sehingga masih mampu melakukan close jika bola di-pass ke sana.
Untuk memain defense ini dengan efektif, setiap pergerakan harus dilakukan dengan cepat, terlambat sedikit saja dapat memberikan kesempatan pada lawan untuk mencetak angka.