IBL Kini Jadi NBL Indonesia
Berupaya Kembalikan Gairah Basket Tanah Air
LAUNCHING NBL. Legenda NBA, Sam Perkins (kiri), Ketua Umum PB Perbasi Noviantika Nasution, Commissioner NBL Indonesia Azrul Ananda, Ketua Dewan Komisaris NBL Indonesia Bella Erwin Harahap, dan Legenda WNBA Sue Wick saat Launching NBL di Hotel Four Season Jakarta, malam tadi. (FOTO HENDRA EKA/JAWA POS)
JAKARTA -- Liga basket tertinggi di Indonesia kini punya identitas baru. Indonesian Basketball League (IBL), yang sudah berjalan sejak 2003, sekarang berganti nama menjadi National Basketball League (NBL) Indonesia.
Pergantian nama itu diumumkan secara resmi di Ballroom Hotel Four Seasons Jakarta, malam tadi oleh Azrul Ananda, direktur PT DBL Indonesia, pengelola baru IBL. Dalam acara itu, jadwal musim dan perubahan-perubahan lain juga disampaikan. Termasuk di antaranya penambahan jumlah pertandingan secara signifikan.
Sejumlah kalangan olahraga Indonesia ikut menghadiri acara tersebut. Antara lain Noviantika Nasution (ketua umum PB Perbasi), Rita Wibowo (ketua KONI Pusat), serta seluruh perwakilan klub-klub peserta NBL Indonesia.
Tamu dari luar negeri antara lain Sam Perkins dan Sue Wicks, legenda basket NBA dan WNBA yang memang sedang berada di Indonesia untuk program sports envoy Kedutaan Besar Amerika Serikat. Lalu ada Andrew Vlahov, legenda basket Australia, mewakili Basketball Australia dan NBL Australia. Hadir pula Tan Kee Han, commissioner NBL Malaysia.
Menegpora Andi Alifian Mallarangeng juga diagendakan hadir. Namun, sorenya mendadak harus terbang menemani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Oslo, Norwegia. Tapi sebelum pergi, Alifian sempat meninggalkan ucapan selamat kepada DBL Indonesia.
"Selamat atas hadirnya NBL Indonesia sebagai liga basket tertinggi baru di Indonesia. Saya percaya di bawah pengelolaan Azrul Ananda dan DBL Indonesia, liga ini akan meraih sukses yang belum pernah dicapai sebelumnya di Indonesia. Serta menginspirasi olahraga-olahraga lain untuk berkembang secara profesional," pesan Alifian Mallarangeng.
Sejarah Keterlibatan DBL
Azrul menjelaskan awal mula keterlibatan PT DBL Indonesia. "Kami sama sekali tak pernah punya bayangan mengambil alih IBL. Pada Desember 2009, seluruh perwakilan klub datang ke Surabaya untuk menemui kami. Kata mereka, liga sedang dalam kondisi terburuk dalam 20 tahun terakhir," ungkap Azrul.
Semula, lanjut Azrul, pihaknya belum bersedia. Sebab, pihaknya sudah punya beban besar mengembangkan Development Basketball League (DBL), liga pelajar terbesar yang kini sudah merambah 21 kota di Indonesia, dari Aceh sampai Papua.
"Setelah berbincang dengan berbagai pihak, baik di Indonesia maupun di luar negeri, akhirnya kami bersedia. Banyak yang mendorong kami untuk mau, dengan alasan untuk membantu basket Indonesia," ucapnya.
"Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh klub, PB Perbasi, dan para penggemar basket Indonesia atas kepercayaan ini. Kami akan bekerja keras untuk mengembalikan gengsi basket Indonesia," lanjut pria 32 tahun tersebut.
Bella Erwin Harahap, ketua Dewan Komisaris Liga, mengaku senang DBL Indonesia bersedia jadi pengelola. Dia menegaskan lagi ucapan terdahulu, bahwa DBL Indonesia memenuhi lima kriteria yang dibutuhkan. "Yaitu infrastruktur yang memadai, cukup SDM, kuat dalam hal media, cukup finansial, dan memiliki jaringan kuat di lingkungan basket," tuturnya.
Noviantika Nasution pun menyampaikan rasa lega dengan kehadiran DBL Indonesia sebagai pengelola. "Basket Indonesia membutuhkan orang-orang muda seperti di DBL Indonesia. Visioner, tapi mau memahami keadaan dan paham dalam menghadapi keadaan tersebut. Visi mereka sejalan dengan apa yang kami inginkan," ucapnya.
Nama Baru, Image Baru
Dalam presentasinya, Azrul menjelaskan bahwa pihaknya semula tak punya niatan mengubah nama liga. Namun, setelah bertemu sejumlah calon sponsor, serta berdiskusi banyak pihak, perubahan pun tidak terelakkan. Mengubah logo dan program saja tidaklah cukup.
"Nama IBL sudah identik dengan kompetisi yang tidak heboh. Bahkan ada yang bilang, IBL baru nanti tidak dimulai dari nol. Melainkan harus diulang dari minus sepuluh. Dengan mengubah nama, paling tidak kami bisa mengulang dari nol lagi," papar Azrul.
Logo baru NBL Indonesia dibuat dengan desain sederhana, berwarna merah dan putih. "Liga ini dilahirkan untuk berusaha kembali ke masa emas basket Indonesia. Jadi harus merah putih. Slogan liga pun jelas: For Indonesia," ujar Azrul. "Sekali lagi, kami mengucapkan terima kasih kepada klub-klub peserta dan PB Perbasi, yang mendukung penuh perubahan identitas ini," imbuhnya.
Untuk era baru ini, Azrul mengumumkan pula sejumlah perubahan dalam pelaksanaan kompetisi. Pertama, soal jadwal kompetisi. Dengan identitas baru, NBL Indonesia punya kesempatan menyesuaikan diri dengan liga-liga profesional di negara-negara lain.
"Di negara-negara yang basketnya maju, kompetisi profesional selalu dimulai pada akhir tahun, lalu berakhir di awal tahun berikutnya. Di Amerika begitu, juga di Eropa, Australia, hingga China. Baru pada Mei hingga Agustus, kompetisi-kompetisi yang bersifat internasional diselenggarakan," terang Azrul.
Jadi, musim perdana NBL Indonesia adalah musim 2010-2011. Musim reguler diselenggarakan pada Oktober 2010 hingga Februari 2011. Sebelumnya ada kompetisi pramusim pada Juli 2010, sebelum bulan puasa.
Kompetisi ditutup dengan Championship Series pada Maret 2011. Delapan klub terbaik (dari total sepuluh peserta) akan berkumpul di satu tempat, lalu saling menggugurkan lewat sistem single game elimination. Tim yang bertahan sampai akhir dinobatkan sebagai champion.
"Format ini akan sangat mendebarkan. Setiap tim hanya punya satu kesempatan untuk menang dan lolos. Seperti NCAA di Amerika dan Euro League," kata Azrul.
Meski babak penutupnya relatif singkat, Azrul bilang untuk tidak khawatir. Sebab, saat musim reguler, jumlah pertandingan bertambah signifikan. "Di IBL dulu, setiap tim bertemu hanya dua kali. Total hanya main 18 kali semusim. Kini, setiap tim bertemu tiga kali. Total masing-masing klub akan bermain 27 kali," jelas Azrul.
Secara keseluruhan, NBL Indonesia akan menyelenggarakan 166 pertandingan pada musim 2010-2011. Musim terakhir IBL, termasuk turnamen, tidak sampai 130 pertandingan. "Lebih banyak game, lebih banyak pengalaman bertanding untuk semua tim. Lebih banyak juga hiburan untuk penggemar," tegas Azrul.