Perbasi (Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia) Riau bangkit lagi. Tonggak kebangkitannya adalah Musda (musyawarah daerah) pada 27-28 Februari di Hotel Darma Utama Pekanbaru yang membentuk kepengurusan baru masa bakti 2011-2015. Seperti apa Perbasi Riau ke depan di bawah kepemimpinan Drs H Muhammad Wardan MP yang terpilih secara aklamasi di Musda itu? Bagaimana pula kesiapan mereka menghadapi PON tahun depan?
Laporan EDWAR YAMAN, Pekanbaru
edwar-rawde76@yahoo.co.id
SABTU (16/4) kepengurusan Perbasi Riau masa bakti 2011-2015 dilantik. Acaranya sendiri sangat beda dengan pelantikan cabang olahraga lainnya. Biasanya digelar di hotel atau gedung mewah, namun pelantikan Perbasi Riau dilaksanakan di GOR Tribuana. Acaranya pun dikemas sedemikian rupa dengan memadukan unsur olahraga dan entertain. Sektor pendidikan (sekolah) jadi sasaran pengembangan bibit-bibit atlet ikut dilibatkan. Ketua Umum Perbasi Riau, Muhammad Wardan secara khusus kepada Riau Pos mengatakan, tugas berat berada di bawah kepengurusannya untuk membangkitkan lagi basket Riau yang lama terlelap. Melahirkan atlet-atlet andal yang ujung-ujungnya bermuara kepada prestasi. Dikatakan Wardan, pihaknya tidak memulai dari nol karena basket itu sendiri tetap hidup di saat Perbasi Riau masih tertidur. Iven-iven basket, khususnya di kalangan pelajar menengah tetap jalan. Dia pun tak menampik kehadiran DBL (Development Basketball League) yang digelar Riau Pos bersama Honda secara rutin empat tahun terakhir ini dan juga SBL (Student Basketball League) ikut melambungkan basket menjadi cabang olahraga favorit para pelajar.
"Artinya adanya berbagai iven yang rutin setiap tahun seperti DBL, SBL dan iven-iven lainnya, berpotensi memacu lahirnya bibit atlet yang kelak bisa membela nama daerah. DBL di Riau kabarnya salah satu kota yang penontonnya paling ramai di Indonesia," ujar Wardan. "Jadi bukan tak beralasan mengapa sektor pendidikan jadi basis kami dalam mengembangkan basket ke depannya. Terasa klop karena saya juga sebagai kepala di Dinas Pendidikan Riau," ujar Wardan pula. Dikatakan mantan kepala Dinas Pendidikan Indragiri Hilir itu, posisinya di Dinas Pendidikan Riau sangat ini memungkinkan untuk mengembangkan olahraga yang paling populer di Amerika Serikat itu sejak pendidikan dasar.
"Saat ini Riau telah memiliki SMA olahraga, basket salah satu cabang olahraga di antaranya," ujar pria kelahiran Pasar Kembang, Inhil 2 Januari 1961 itu. Dia paham betul, seperti negara-negara maju, mereka mulai membina para atlet sejak usia dini. Itu pula sebabnya dia mengirimkan surat edaran ke dinas kabupaten/kota agar ada satu kelas olahraga setiap penerimaan murid atau siswa baru mulai tahun depan. "Memang saat ini kita sudah punya SMA olahraga. Kelas olahraga, maksudnya setiap penerimaan siswa baru ada satu kelas diperuntukkan bagi siswa yang punya bakat khusus di cabang olahraga. Konsep kami tentu saja student athlete, sekolah nomor satu, jadi atlet penting," ujar Wardan. "Terkait dengan basket, kami menekankan di setiap sekolah mulai tingkat dasar harus punya lapangan basket. Minimal lapangan basket mini untuk three on three. Ini salah satu upaya kami memupuk bibit atlet dan tentunya menggelar kompetisi di berbagai level secara berkelanjutan," ujar Wardan.
Kepengurusan yang Gemuk
Sadar akan tugas berat menanti, Wardan dan jajaran pengurusnya bergerak cepat. Usai Musda dan membentuk kepengurusan, langkah-langkah cepat pun diambil kendati belum dilantik. "Tugas kami yang terdekat menyiapkan acara pelantikan yang dikemas beda. Kemudian menggelar Rakerda untuk membahas program-program kerja ke depannya," ujar Wardan.
Dijelaskan Wardan, untuk menghidupkan basket Riau yang sudah hidup kian menjadi lebih hidup, peranan Perbasi Riau sangat penting. Itu pula mengapa sebabnya jumlah pengurus di kepengurusan sekarang ini sangat gemuk, yakni 49 orang. "Mungkin yang tergemuk di Indonesia. Tapi ini sangat penting karena tahun depan Riau akan jadi tuan rumah PON," ujar Wardan.
Wardan memberi alasan, karena basis pengembangan basket adalah pendidikan (sekolah), maka dia memasukkan para pengurus dari dinas pendidikan dari berbagai tingkatan. Meski begitu dia tidak mengabaikan orang-orang yang selama ini berkecimpung di dunia basket, hobi dan punya kemampuan untuk mencarikan dana.
"Dengan kepengurusan yang gemuk, kami berharap menghasilkan suatu yang besar terhadap perkembangan Perbasi Riau. Harus diakui, dalam sebuah organisasi yang paling penting adalah pendanaan. Saya punya keyakinan mereka yang duduk di kepengurusan ini adalah orang-orang yang punya komitmen kuat untuk memajukan perbasketan Riau," ujar Wardan lagi.
"Saya memang orang baru di dunia basket ini. Oleh sebab itu saya merangkul semua unsur yang terlibat dengan dunia basket Riau selama ini," ujarnya. Dijelaskan Wardan, maju dan berkembangnya basket tidak terlepas dari banyaknya iven yang digelar. Dari sana akan bermuncul bibit-bibit atlet. Namun itu selaras pula dengan pembinaan wasit dan pelatih berkualitas. Jika wasit dan pelatih kualitasnya sedang apalagi kurang, bibit atlet yang ada tentu tidak akan tumbuh subur. Di sinilah peranan Perbasi, mulai dari menata kompetisi, tidak hanya di tingkat sekolah, antar-klub dan menghidupkan lagi Kejurda. Biasanya selama ini yang ada hanya Popda dan Porda. "Itu semua termasuk dalam agenda kami saat menggelar Rakerda nantinya. Selain iven yang telah ada, kami akan membuat berbagai iven basket. Itu tentunya perlu pendanaan. Dan kami akan berusaha merangkul berbagai perusahaan untuk membantu hal itu. Saat ini masih sedang kami jajaki," ujarnya.
PON Menanti, Dituntut Medali
Sebagai tuan rumah PON XVIII tahun depan, Riau punya target jadi juara umum, tapi setidaknya masuk lima besar sebagaimana yang dikatakan Gubernur Riau (Gubri) HM Rusli Zainal SE MP. Untuk mewujudkan itu induk-induk cabang olahraga dituntut serius menyiapkan atlet dan menyumbangkan medali. Tak terkecuali basket. Sebuah tugas berat tentunya. Pasal seumur-umur belum sekalipun basket Riau tampil di PON. Kali ini basket bisa menjalani debut karena faktor tuan rumah. "Saya orang yang selalu optimis menghadapi semua persoalan. Kami punya target jangka panjang untuk pengembangan bibit atlet. Target jangka pendek tentu saja prestasi seperti PON. Setidak-tidaknya basket Riau tidak bisa diremehkan dalam debutnya di PON nanti," ujar Wardan.
Tuntutan untuk menghadirkan medali di PON nanti, membuat Wardan dan jajarannya langsung bergerak cepat. Merancang dan menyiapkan tim basket. Namun sebelum itu dilakukan, terlebih dulu menetapkan pelatih kaliber nasional untuk menukangi putra-putri terbaik Riau bermain bola keranjang.
"Kami telah membidik empat sampai enam pelatih berkualitas nasional. Untuk menentukan itu ada tim sendiri yang melakukan fit and proper test. Yang jelas mereka harus menetap di Pekanbaru. Untuk asisten pelatih kami berdayakan pelatih lokal, sekaligus untuk menimba ilmu dari mereka," ujar Wardan. Menariknya dari empat pelatih yang telah dihadirkan, yakni Danny Kosasih (Satya Wacana Angsapura Salatiga), Tjuk Kustanto (NSH-GMC Jakarta), Lie Guan Chin (Jogja) dan M Danu (Padang) angkat tangan untuk tim putra, jika hanya mengandalkan materi yang ada. Pasalnya mereka telah menyaksikan sebagian pemain yang jadi bayangan tim PON Riau itu di lapangan basket Gelora Senapelan Pekanbaru. Menurut mereka pemain-pemain Riau masih baru bisa main. Dengan artian masih bakat alam, belum paham dengan permainan sesungguhnya. Mengandalkan materi seperti itu untuk menuai prestasi instan dalam satu tahun, itu sebuah pekerjaan luar biasa. Ini karena daerah lain kompetisinya sudah berjalan reguler dan regenerasi pemainnya begitu cepat. Untuk bisa bersaing, menurut mereka Riau harus mengiventarisir pemain-pemain terbaik yang punya ikatan kuat dengan Riau yang saat ini berkiprah di Jakarta atau daerah lainnya. Untuk tim putri mereka menilai lebih baik dari tim putra, karena di daerah lain pembinaan tidak seintensif tim putra.
Kalimantan Timur sebagai tuan rumah empat tahun lalu bisa menjadi contoh. Dan mereka jauh-jauh hari sudah bergerak. Alhasil menorehkan sejarah medali emas pertama mereka di bola keranjang melalui tim putri. Sedangkan Riau? "Tanpa mengabaikan pembinaan, kami akan mengambil langkah cepat. Yang jelas kami akan mendata pemain-pemain, yang punya ikatan yang kuat dengan Riau untuk diseleksi. Memang waktu tersisa hanya satu tahun lagi, kami belum terlambat untuk itu sama sekali," ujar Wardan. Dijelaskan Wardan, pihaknya telah menganalisa hasil persentasi yang dijabarkan keempat pelatih lalu. Danny Kosasih yang boleh dikatakan suhu basketnya Indonesia itu, bakal sulit didapat. Salah satu kendalanya adalah sulit untuk menetap di Pekanbaru.
"Begitu kami menetapkan pelatih untuk PON Riau putra-putri. Kami segera bergerak untuk menggelar seleksi pemain secara terbuka dengan melibatkan seluruh kabupaten/kota. Dan juga seleksi pemain di Jakarta. Untuk urusan pemain ini, kami percaya sepenuhnya kepada pelatih terpilih nanti," ujar Wardan. Ditambahkannya pula, pihaknya mendapatkan masukan dari empat pelatih yang telah menjalani presentasi itu, agar menggelar Pelatda di Jakarta. Khususnya tim putra, karena di Riau tidak memiliki lawan tanding yang sepadan. Untuk tim putri tak masalah menggelar Pelatda di Riau, karena untuk lawan tanding bisa menjajal kemampuan tim-tim putra SMP dan juga SMA. "Ya, kami harus menggelar persiapan tim di Jakarta karena waktu hanya satu tahun lagi. Yang jadi persoalan para pemain kita itu banyak yang sekolah dan kuliah. Namun kami akan membahas itu lebih lanjut," ungkapnya.
"Amankan" Bintang yang Ada
Di sisi lain Riau sebenarnya memiliki dua pemain bagus yakni Tony Sugiharto dan Papin Robertus Nadap-dap. Kedua pemain ini adalah bintang DBL 2008 Riau Series. Tony membawa MAN 2 Model Pekanbaru menembus final. Sedangkan Papin membawa SMA Santa Maria Pekanbaru jadi kampiun. Tony salah satu dari enam alumnus DBL di Indonesia yang mampu menembus National Basketball League (NBL), Liga basket profesional Indonesia yang mulai bergulir tahun lalu sebagai pengganti Indonesia Bastketball League (IBL). Pemain dengan tinggi 190 cm dan berat 125 kg itu bermain di Muba Hang Tuah Indonesia Muda Sumatera Selatan (Sumsel).
Sementara Papin berkat penampilan memikatnya di DBL, dia direkrut sekolah basket terkemuka di DKI Jakarta, SMA PSKD. Dari sana sinarnya mulai terang dan ikut membela DKI di berbagai kejuaraan. Muba Hang Tuah pun mulai mendekati Papin. Kedua pemain itu pun menjadi buruan dengan berbagai janji-janji untuk tampil di daerah tertentu. Akan sangat ironis jadinya bila dua bintang Riau tampil dengan bendera lain di saat Riau memerlukan tenaga mereka. Untuk itu Wardan berusaha "mengamankan" bintang mereka itu dari "gangguan" daerah lain.
"Ya, mereka adalah putra Riau. Bintang andalan kami untuk PON nanti. Mereka ini jadi rebutan daerah lain. Kami akan berjuang semaksimal mungkin agar mereka tak tampil dengan bendera daerah lain," ujar Wardan.
Kenapa itu bisa terjadi? Wardan menjelaskan ini karena kondisi Perbasi Riau yang vakum selama ini. Para pemain ingin mengembangkan karir lebih jauh. Tawaran dari daerah lain datang di saat daerah sendiri belum menyiapkan diri. Namun saat ini kata Wardan, secara personal pihaknya telah berbicara dengan Tony dan Papin. Keduanya bahkan tidak berkeinginan sama sekali tampil bukan dengan nama Riau. "Saya telah sampaikan ini dengan Gubri, bagaimana "mengamankan" kedua pemain berbakat ini. Kami peduli dengan karir mereka, namun bila mereka sampai tampil dengan bendera lain itu tentu suatu hal yang tak bagus. Kami akan berusaha "mengamankan" mereka dengan berbagai konsekuensi. Tapi tentu saja untuk langsung jadi PNS tidak semudah itu. Tapi kalau untuk honor di Dinas Pendidikan sekarang ini langsung saya berikan," ujar Wardan yang rutin menjalani puasa Senin-Kamis.
"Untuk Tony, saya pikir tidak ada masalah, karena saya telah berbicara dengan pimpinan Bank Riau, Erzon untuk menampung Tony sebagai karyawan. Dia mengatakan tak ada masalah. Kami juga akan melakukan hal yang sama untuk Papin. Lebih lanjut kami akan memanggil Tony dan Papin untuk membicarakan masalah ini. Kami ingin mengetahui betul seperti apa kontrak mereka dengan klub mereka saat ini," ujarnya.***
Tak Bisa Main, tapi Tak Ragu Kembangkan Basket
BOLA basket bukanlah olahraga favorit bagi Muhammad Wardan. Olahraga favorit dia sebenarnya adalah sepakbola. Suami dari Zulaikha ini mengakui, dia tidak bisa main basket sama sekali. Namun itu bukan berarti sebagai Ketua Umum Perbasi Riau 2011 dia tak mampu mengembangkan olahraga paling populer di Amerika Serikat itu di Riau. Sebagai kepala Dinas Pendidikan Riau dia tahu betul betapa antusiasnya pelajar di daerah ini dengan bola keranjang selama empat tahun terakhir. Antusias pelajar itu berhasil ditangkapnya dan hal itu pula yang membuatnya bersedia dicalonkan sebagai ketua umum Perbasi Riau.
"Terus terang saya tak bisa main basket. Namun saya punya pengalaman di organisasi. Dan saya akan belajar banyak dari kawan-kawan pengurus yang selama ini bertungkus lumut di dunia basket. Saya telah merangkul mereka di kepengurusan ini. Saya sadar ini pekerjaan berat. Namun bersama mereka, saya tak ragu mengembangkan Perbasi Riau ke depannya," ujar ayah dari Nanda Eka
Wahyuni, Nanda Ihsanul Risqi dan Nanda Hasanul Amri ini. Alumni S2 IPB Bogor ini, mengatakan dia memang sempat jadi Ketua Umum PODSI (Persatuan Olaharaga Dayung Seluruh Indonesia) Riau, namun tak sampai tuntas masa jabatannya. Dia menjelaskan,saat terpilih jadi Ketua Umum PODSI, dia masih menjabat sebagai Kepala Dinas Pendidikan Riau dan sempat pindah ke instansi lain, yakni Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan Desa Provinsi Riau, sebelum dipercaya lagi jadi Kepala Dinas Pendidikan Riau.
"Dalam sebuah organisasi figur ketua umum itu dituntut untuk mampu mencari pendanaan agar berjalannya sebuah organisasi. Saat itu dayung bukan seperti saat ini. Demi kemajuan PODSI, saya mundur dan memberi jalan kepada orang yang punya kemampuan untuk memajukan cabang olahraga ini," ujar Wardan. Dia juga sadar, Perbasi Riau telah lama vakum dan dia dituntut untuk membangkitkannya lagi. Bagaimana pun juga peranan ketua umum akan selalu jadi sorotan. Apalagi saat ini basket sudah menjadi olahraga favorit yang jumlah penontonnya hanya kalah dari sepakbola. "Itu jadi tantangan tersendiri bagi saya. Dan itu memotivasi saya bersama pengurus untuk bekerja secara maksimal. Yang terdekat kami dituntut untuk menyumbangkan medali di PON dan jangka panjang adalah melahirkan bibit-bibit atlet dari kompetisi ataupun iven-iven secara berkelanjutan," ujarnya.***
BIODATA
Nama : Drs H Muhammad Wardan MP
TTL : Pasar Kembang Indragiri Hilir, 2 Januari 1961
Agama : Islam
Pekerjaan : Kepala Dinas Pendidikan Riau
Perbasi Riau : Ketua Umum
Istri : Zulaikhah
Anak : Nanda Eka Wahyuni, Nanda Ihsanul Risqi, Nanda Hasanul Amri
Pendidikan : SDN Kotobaru, SMPN Pulau Kijang, SMAN Pekanbaru, APDN Pekanbaru, IIP Jakarta, IPB Bogor
Karir
Sekwilcam Tembilahan
Kabag Kesra Sekda Inhil
Kabag Sosial Sekda Inhil
Kabag Umum sekda Inhil
Kabag Perlengkapan Sekda Inhil
Kadis Kebersihan dan Pertamanan Inhil
Kadis Parsenibudpora Inhil
Kadis Pendidikan Inhil
Kadis Pendidikan Provinsi Riau
Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pembangunan Desa Provinsi Riau
Kadis Pendidikan Provinsi Riau
sumber : www.perbasi.or.id
Judul : Sekolah Basis Pengembangan Basket Muhammad Wardan, Ketua Umum Perbasi Riau 2011-2015
Deskripsi : Perbasi (Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia) Riau bangkit lagi. Tonggak kebangkitannya adalah Musda (musyawarah daerah) pada 27-28 F...