
Laporan EDWAR YAMAN, Pekanbaru
edwar-rawde76@yahoo.co.id
SABTU (16/4) kepengurusan Perbasi Riau masa bakti 2011-2015 dilantik.  Acaranya sendiri sangat beda dengan pelantikan cabang olahraga lainnya.  Biasanya digelar di hotel atau gedung mewah, namun pelantikan Perbasi  Riau dilaksanakan di GOR Tribuana. Acaranya pun dikemas sedemikian rupa  dengan memadukan unsur olahraga dan entertain. Sektor pendidikan  (sekolah) jadi sasaran pengembangan bibit-bibit atlet ikut dilibatkan.  Ketua Umum Perbasi Riau, Muhammad Wardan secara khusus kepada Riau Pos  mengatakan, tugas berat berada di bawah kepengurusannya untuk  membangkitkan lagi basket Riau yang lama terlelap. Melahirkan  atlet-atlet andal yang ujung-ujungnya bermuara kepada prestasi.  Dikatakan Wardan, pihaknya tidak memulai dari nol karena basket itu  sendiri tetap hidup di saat Perbasi Riau masih tertidur. Iven-iven  basket, khususnya di kalangan pelajar menengah tetap jalan. Dia pun tak  menampik kehadiran DBL (Development Basketball League) yang digelar Riau  Pos bersama Honda secara rutin empat tahun terakhir ini dan juga SBL  (Student Basketball League) ikut melambungkan basket menjadi cabang  olahraga favorit para pelajar.
 
"Artinya adanya berbagai iven yang rutin setiap tahun seperti DBL, SBL  dan iven-iven lainnya, berpotensi memacu lahirnya bibit atlet yang kelak  bisa membela nama daerah. DBL di Riau kabarnya salah satu kota yang  penontonnya paling ramai di Indonesia," ujar Wardan. "Jadi bukan tak  beralasan mengapa sektor pendidikan jadi basis kami dalam mengembangkan  basket ke depannya. Terasa klop karena saya juga sebagai kepala di Dinas  Pendidikan Riau," ujar Wardan pula. Dikatakan mantan kepala Dinas  Pendidikan Indragiri Hilir itu, posisinya di Dinas Pendidikan Riau  sangat ini memungkinkan untuk mengembangkan olahraga yang paling populer  di Amerika Serikat itu sejak pendidikan dasar.
 "Saat ini Riau telah memiliki SMA  olahraga, basket salah satu cabang olahraga di antaranya," ujar pria  kelahiran Pasar Kembang, Inhil 2 Januari 1961 itu. Dia paham betul,  seperti negara-negara maju, mereka mulai membina para atlet sejak usia  dini. Itu pula sebabnya dia mengirimkan surat edaran ke dinas  kabupaten/kota agar ada satu kelas olahraga setiap penerimaan murid atau  siswa baru mulai tahun depan. "Memang saat ini kita sudah punya SMA  olahraga. Kelas olahraga, maksudnya setiap penerimaan siswa baru ada  satu kelas diperuntukkan bagi siswa yang punya bakat khusus di cabang  olahraga. Konsep kami tentu saja student athlete, sekolah nomor satu,  jadi atlet penting," ujar Wardan. "Terkait dengan basket, kami  menekankan di setiap sekolah mulai tingkat dasar harus punya lapangan  basket. Minimal lapangan basket mini untuk three on three. Ini salah  satu upaya kami memupuk bibit atlet dan tentunya menggelar kompetisi di  berbagai level secara berkelanjutan," ujar Wardan.
Kepengurusan yang Gemuk
Sadar akan tugas berat menanti, Wardan dan jajaran pengurusnya bergerak  cepat. Usai Musda dan membentuk kepengurusan, langkah-langkah cepat pun  diambil kendati belum dilantik. "Tugas kami yang terdekat menyiapkan  acara pelantikan yang dikemas beda. Kemudian menggelar Rakerda untuk  membahas program-program kerja ke depannya," ujar Wardan.
Dijelaskan Wardan, untuk menghidupkan basket Riau yang sudah hidup kian  menjadi lebih hidup, peranan Perbasi Riau sangat penting. Itu pula  mengapa sebabnya jumlah pengurus di kepengurusan sekarang ini sangat  gemuk, yakni 49 orang. "Mungkin yang tergemuk di Indonesia. Tapi ini  sangat penting karena tahun depan Riau akan jadi tuan rumah PON," ujar  Wardan.
Wardan memberi alasan, karena basis pengembangan basket adalah  pendidikan (sekolah), maka dia memasukkan para pengurus dari dinas  pendidikan dari berbagai tingkatan. Meski begitu dia tidak mengabaikan  orang-orang yang selama ini berkecimpung di dunia basket, hobi dan punya  kemampuan untuk mencarikan dana.
"Dengan kepengurusan yang gemuk, kami berharap menghasilkan suatu yang  besar terhadap perkembangan Perbasi Riau. Harus diakui, dalam sebuah  organisasi yang paling penting adalah pendanaan. Saya punya keyakinan  mereka yang duduk di kepengurusan ini adalah orang-orang yang punya  komitmen kuat untuk memajukan perbasketan Riau," ujar Wardan lagi.
"Saya memang orang baru di dunia basket ini. Oleh sebab itu saya  merangkul semua unsur yang terlibat dengan dunia basket Riau selama  ini," ujarnya. Dijelaskan Wardan, maju dan berkembangnya basket tidak  terlepas dari banyaknya iven yang digelar. Dari sana akan bermuncul  bibit-bibit atlet. Namun itu selaras pula dengan pembinaan wasit dan  pelatih berkualitas. Jika wasit dan pelatih kualitasnya sedang apalagi  kurang, bibit atlet yang ada tentu tidak akan tumbuh subur. Di sinilah  peranan Perbasi, mulai dari menata kompetisi, tidak hanya di tingkat  sekolah, antar-klub dan menghidupkan lagi Kejurda. Biasanya selama ini  yang ada hanya Popda dan Porda. "Itu semua termasuk dalam agenda kami  saat menggelar Rakerda nantinya. Selain iven yang telah ada, kami akan  membuat berbagai iven basket. Itu tentunya perlu pendanaan. Dan kami  akan berusaha merangkul berbagai perusahaan untuk membantu hal itu. Saat  ini masih sedang kami jajaki," ujarnya.
PON Menanti, Dituntut Medali
Sebagai tuan rumah PON XVIII tahun depan, Riau punya target jadi juara  umum, tapi setidaknya masuk lima besar sebagaimana yang dikatakan  Gubernur Riau (Gubri) HM Rusli Zainal SE MP. Untuk mewujudkan itu  induk-induk cabang olahraga dituntut serius menyiapkan atlet dan  menyumbangkan medali. Tak terkecuali basket. Sebuah tugas berat  tentunya. Pasal seumur-umur belum sekalipun basket Riau tampil di PON.  Kali ini basket bisa menjalani debut karena faktor tuan rumah. "Saya  orang yang selalu optimis menghadapi semua persoalan. Kami punya target  jangka panjang untuk pengembangan bibit atlet. Target jangka pendek  tentu saja prestasi seperti PON. Setidak-tidaknya basket Riau tidak bisa  diremehkan dalam debutnya di PON nanti," ujar Wardan.
Tuntutan untuk menghadirkan medali di PON nanti, membuat Wardan dan  jajarannya langsung bergerak cepat. Merancang dan menyiapkan tim basket.  Namun sebelum itu dilakukan, terlebih dulu menetapkan pelatih kaliber  nasional untuk menukangi putra-putri terbaik Riau bermain bola  keranjang.
"Kami telah membidik empat sampai enam pelatih berkualitas nasional.  Untuk menentukan itu ada tim sendiri yang melakukan fit and proper test.  Yang jelas mereka harus menetap di Pekanbaru. Untuk asisten pelatih  kami berdayakan pelatih lokal, sekaligus untuk menimba ilmu dari  mereka," ujar Wardan. Menariknya dari empat pelatih yang telah  dihadirkan, yakni Danny Kosasih (Satya Wacana Angsapura Salatiga), Tjuk  Kustanto (NSH-GMC Jakarta), Lie Guan Chin (Jogja) dan M Danu (Padang)  angkat tangan untuk tim putra, jika hanya mengandalkan materi yang ada.  Pasalnya mereka telah menyaksikan sebagian pemain yang jadi bayangan tim  PON Riau itu di lapangan basket Gelora Senapelan Pekanbaru. Menurut  mereka pemain-pemain Riau masih baru bisa main. Dengan artian masih  bakat alam, belum paham dengan permainan sesungguhnya. Mengandalkan  materi seperti itu untuk menuai prestasi instan dalam satu tahun, itu  sebuah pekerjaan luar biasa. Ini karena daerah lain kompetisinya sudah  berjalan reguler dan regenerasi pemainnya begitu cepat. Untuk bisa  bersaing, menurut mereka Riau harus mengiventarisir pemain-pemain  terbaik yang punya ikatan kuat dengan Riau yang saat ini berkiprah di  Jakarta atau daerah lainnya. Untuk tim putri mereka menilai lebih baik  dari tim putra, karena di daerah lain pembinaan tidak seintensif tim  putra.
Kalimantan Timur sebagai tuan rumah empat tahun lalu bisa menjadi  contoh. Dan mereka jauh-jauh hari sudah bergerak. Alhasil menorehkan  sejarah medali emas pertama mereka di bola keranjang melalui tim putri.  Sedangkan Riau? "Tanpa mengabaikan pembinaan, kami akan mengambil  langkah cepat. Yang jelas kami akan mendata pemain-pemain, yang punya  ikatan yang kuat dengan Riau untuk diseleksi. Memang waktu tersisa hanya  satu tahun lagi, kami belum terlambat untuk itu sama sekali," ujar  Wardan. Dijelaskan Wardan, pihaknya telah menganalisa hasil persentasi  yang dijabarkan keempat pelatih lalu. Danny Kosasih yang boleh dikatakan  suhu basketnya Indonesia itu, bakal sulit didapat. Salah satu  kendalanya adalah sulit untuk menetap di Pekanbaru.
"Begitu kami menetapkan pelatih untuk PON Riau putra-putri. Kami segera  bergerak untuk menggelar seleksi pemain secara terbuka dengan melibatkan  seluruh kabupaten/kota. Dan juga seleksi pemain di Jakarta. Untuk  urusan pemain ini, kami percaya sepenuhnya kepada pelatih terpilih  nanti," ujar Wardan. Ditambahkannya pula, pihaknya mendapatkan masukan  dari empat pelatih yang telah menjalani presentasi itu, agar menggelar  Pelatda di Jakarta. Khususnya tim putra, karena di Riau tidak memiliki  lawan tanding yang sepadan. Untuk tim putri tak masalah menggelar  Pelatda di Riau, karena untuk lawan tanding bisa menjajal kemampuan  tim-tim putra SMP dan juga SMA. "Ya, kami harus menggelar persiapan tim  di Jakarta karena waktu hanya satu tahun lagi. Yang jadi persoalan para  pemain kita itu banyak yang sekolah dan kuliah. Namun kami akan membahas  itu lebih lanjut," ungkapnya.
"Amankan" Bintang yang Ada
Di sisi lain Riau sebenarnya memiliki dua pemain bagus yakni Tony  Sugiharto dan Papin Robertus Nadap-dap. Kedua pemain ini adalah bintang  DBL 2008 Riau Series. Tony membawa MAN 2 Model Pekanbaru menembus final.  Sedangkan Papin membawa SMA Santa Maria Pekanbaru jadi kampiun. Tony  salah satu dari enam alumnus DBL di Indonesia yang mampu menembus  National Basketball League (NBL), Liga basket profesional Indonesia yang  mulai bergulir tahun lalu sebagai pengganti Indonesia Bastketball  League (IBL). Pemain dengan tinggi 190 cm dan berat 125 kg itu bermain  di Muba Hang Tuah Indonesia Muda Sumatera Selatan (Sumsel).
Sementara Papin berkat penampilan memikatnya di DBL, dia direkrut  sekolah basket terkemuka di DKI Jakarta, SMA PSKD. Dari sana sinarnya  mulai terang dan ikut membela DKI di berbagai kejuaraan. Muba Hang Tuah  pun mulai mendekati Papin. Kedua pemain itu pun menjadi buruan dengan  berbagai janji-janji untuk tampil di daerah tertentu. Akan sangat ironis  jadinya bila dua bintang Riau tampil dengan bendera lain di saat Riau  memerlukan tenaga mereka. Untuk itu Wardan berusaha "mengamankan"  bintang mereka itu dari "gangguan" daerah lain.
"Ya, mereka adalah putra Riau. Bintang andalan kami untuk PON nanti.  Mereka ini jadi rebutan daerah lain. Kami akan berjuang semaksimal  mungkin agar mereka tak tampil dengan bendera daerah lain," ujar Wardan.
Kenapa itu bisa terjadi? Wardan menjelaskan ini karena kondisi Perbasi  Riau yang vakum selama ini. Para pemain ingin mengembangkan karir lebih  jauh. Tawaran dari daerah lain datang di saat daerah sendiri belum  menyiapkan diri. Namun saat ini kata Wardan, secara personal pihaknya  telah berbicara dengan Tony dan Papin. Keduanya bahkan tidak  berkeinginan sama sekali tampil bukan dengan nama Riau. "Saya telah  sampaikan ini dengan Gubri, bagaimana "mengamankan" kedua pemain  berbakat ini. Kami peduli dengan karir mereka, namun bila mereka sampai  tampil dengan bendera lain itu tentu suatu hal yang tak bagus. Kami akan  berusaha "mengamankan" mereka dengan berbagai konsekuensi. Tapi tentu  saja untuk langsung jadi PNS tidak semudah itu. Tapi kalau untuk honor  di Dinas Pendidikan sekarang ini langsung saya berikan," ujar Wardan  yang rutin menjalani puasa Senin-Kamis.
"Untuk Tony, saya pikir tidak ada masalah, karena saya telah berbicara  dengan pimpinan Bank Riau, Erzon untuk menampung Tony sebagai karyawan.  Dia mengatakan tak ada masalah. Kami juga akan melakukan hal yang sama  untuk Papin. Lebih lanjut kami akan memanggil Tony dan Papin untuk  membicarakan masalah ini. Kami ingin mengetahui betul seperti apa  kontrak mereka dengan klub mereka saat ini," ujarnya.***
Tak Bisa Main, tapi Tak Ragu Kembangkan Basket
BOLA basket bukanlah olahraga favorit bagi Muhammad Wardan. Olahraga  favorit dia sebenarnya adalah sepakbola. Suami dari Zulaikha ini  mengakui, dia tidak bisa main basket sama sekali. Namun itu bukan  berarti sebagai Ketua Umum Perbasi Riau 2011 dia tak mampu mengembangkan  olahraga paling populer di Amerika Serikat itu di Riau. Sebagai kepala  Dinas Pendidikan Riau dia tahu betul betapa antusiasnya pelajar di  daerah ini dengan bola keranjang selama empat tahun terakhir. Antusias  pelajar itu berhasil ditangkapnya dan hal itu pula yang membuatnya  bersedia dicalonkan sebagai ketua umum Perbasi Riau.
"Terus terang saya tak bisa main basket. Namun saya punya pengalaman di  organisasi. Dan saya akan belajar banyak dari kawan-kawan pengurus yang  selama ini bertungkus lumut di dunia basket. Saya telah merangkul mereka  di kepengurusan ini. Saya sadar ini pekerjaan berat. Namun bersama  mereka, saya tak ragu mengembangkan Perbasi Riau ke depannya," ujar ayah  dari Nanda Eka
Wahyuni, Nanda Ihsanul Risqi dan Nanda Hasanul Amri ini. Alumni S2 IPB  Bogor ini, mengatakan dia memang sempat jadi Ketua Umum PODSI (Persatuan  Olaharaga Dayung Seluruh Indonesia) Riau, namun tak sampai tuntas masa  jabatannya. Dia menjelaskan,saat terpilih jadi Ketua Umum PODSI, dia  masih menjabat sebagai Kepala Dinas Pendidikan Riau dan sempat pindah ke  instansi lain, yakni Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan  Pembangunan Desa Provinsi Riau, sebelum dipercaya lagi jadi Kepala Dinas  Pendidikan Riau.
"Dalam sebuah organisasi figur ketua umum itu dituntut untuk mampu  mencari pendanaan agar berjalannya sebuah organisasi. Saat itu dayung  bukan seperti saat ini. Demi kemajuan PODSI, saya mundur dan memberi  jalan kepada orang yang punya kemampuan untuk memajukan cabang olahraga  ini," ujar Wardan. Dia juga sadar, Perbasi Riau telah lama vakum dan dia  dituntut untuk membangkitkannya lagi. Bagaimana pun juga peranan ketua  umum akan selalu jadi sorotan. Apalagi saat ini basket sudah menjadi  olahraga favorit yang jumlah penontonnya hanya kalah dari sepakbola.  "Itu jadi tantangan tersendiri bagi saya. Dan itu memotivasi saya  bersama pengurus untuk bekerja secara maksimal. Yang terdekat kami  dituntut untuk menyumbangkan medali di PON dan jangka panjang adalah  melahirkan bibit-bibit atlet dari kompetisi ataupun iven-iven secara  berkelanjutan," ujarnya.***
BIODATA
Nama : Drs H Muhammad Wardan MP
TTL : Pasar Kembang Indragiri Hilir, 2 Januari 1961
Agama : Islam
Pekerjaan : Kepala Dinas Pendidikan Riau
Perbasi Riau : Ketua Umum
Istri : Zulaikhah
Anak : Nanda Eka Wahyuni, Nanda Ihsanul Risqi, Nanda Hasanul Amri
Pendidikan : SDN Kotobaru, SMPN Pulau Kijang, SMAN Pekanbaru, APDN Pekanbaru, IIP Jakarta, IPB Bogor
Karir 
Sekwilcam Tembilahan
Kabag Kesra Sekda Inhil
Kabag Sosial Sekda Inhil
Kabag Umum sekda Inhil
Kabag Perlengkapan Sekda Inhil
Kadis Kebersihan dan Pertamanan Inhil
Kadis Parsenibudpora Inhil
Kadis Pendidikan Inhil
Kadis Pendidikan Provinsi Riau
Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pembangunan Desa Provinsi Riau
Kadis Pendidikan Provinsi Riau
sumber : www.perbasi.or.id 
 
Judul : Sekolah Basis Pengembangan Basket Muhammad Wardan, Ketua Umum Perbasi Riau 2011-2015
Deskripsi :  Perbasi (Persatuan Bola Basket  Seluruh Indonesia) Riau bangkit lagi. Tonggak kebangkitannya adalah  Musda (musyawarah daerah) pada 27-28 F...